*~aGusJohn’s Blog~*

Mengalir Bagaikan Air

#017: “Perang Batin” dalam Partai Final*

Menyaksikan secara langsung kemenangan tim putra Jakarta Phinisi atas Surabaya Flame, 3-2, dalam partai final ProLiga 2003 [20/4], memang cukup menyesakkan dada, mengingat penulis sangat menjagokan Flame bisa menjadi juara ProLiga tahun ini. Paling tidak, itu untuk mengobati kekalahan mereka tahun lalu ketika peluangnya dikandaskan oleh Bandung Tectona, 2-3 di partai final, juga melalui proses kekalahan yang memilukan –setelah lebih dulu unggul 2-0.

Lebih menyesakkan lagi, kekalahan Flame atas Phinisi dalam final kali ini terjadi, setelah Flame terlebih dulu unggul 14-12 di set ke-5, yang akhirnya harus menyerah 17-19. Tapi, meskipun Flame kalah, penulis lumayan bisa terhibur, karena kunci di balik sukses Phinisi meraih juara ProLiga tahun ini, tak bisa dilepaskan dari peran sentral dan sosok sang tosser, LoudryMaspaitella.

Tosser kawakan yang kini berusia 34 tahun itu, merupakan idola penulis sejak SMP, ketika masih terobsesi untuk bergabung dengan klub Petrokimia Gresik. Loudry, adalah fenomena bagi masyarakat Jawa Timur dan dunia bola voli nasional di era akhir 80-an dan 90-an. Bersama Syamsul Jaiz [pelatih BandungArt-deco sekarang, juara ProLiga tahun ini], Jalu Sudiro, Dennis Taroreh dll, mereka adalah pilar-pilar utama tim Petro, tim PON Jawa Timur dan jugatim nasional. Bersama timnas, Loudry mampu merebut medali emas bola voli SeaGames 1997 di Jakarta, setelah di final mampu menumbangkan Thailand. Baca lebih lanjut

Oktober 12, 2006 Posted by | Olahraga | , | 1 Komentar

#016: Pendatang Baru, Juara Baru*

Tim debutan baru, Bandung Art-deco sepertinya tidak punya lawan. Dalam 10 pertandingan di babak penyisihan, mereka hanya mengalami satu kali kekalahan dari Gresik Phonska. Di pertandingan final kemarin, bertemu dengan Phonska, pertandingan berjalan kurang menarik.

Permainan berjalan kurang seimbang. Skor telak akhirnya untuk Art-deco, 3-0. Publik memang sudah menduga, the real-final di bagian putri sebenarnya sudah terjadi di semifinal Jum’at[18/4] lalu, ketika Artdeco menumbangkan juara tahun lalu, Jakarta Monas dengan skor 3-1.

Kemenangan Li Wen dkk atas Sentya dkk ini sekaligus menunjukkan bahwa kemenangan Phonska atas Art-deco ketika bertanding di depan publik Gresik pada putaran pertama lalu, patut dipertanyakan kembali.

Dari sisi skill, pemain-pemain Phonska lebih merata. Spike-spike yang dilancarkan juga cukup tajam. Sentya Angelita, Purwitasari, Maya dan Santi dikenal punya spike yang bagus. Namun sayang, faktor mental dan antisipasi setiap serangan dari Art-deco yang selalu bertumpu pada Li Wen dan He Shan kurang dipahami. Ini beda dengan Jakarta Monas, yang sedikit banyak mampu membuat frustasi Li Wen dkk di pertandingan semifinal, karena spike-spike mereka mampu diblok oleh Siti Nurjanah dkk. Paling tidak, hal itu bisa dilihat di set-1, ketika Monas mampu mencuri set dalam pertandingan tersebut. Baca lebih lanjut

Oktober 12, 2006 Posted by | Olahraga | , , | Tinggalkan komentar